Sobat Reclea Brick, pasti kalian sering lihat perumahan baru muncul tiba-tiba di sekitar kita, lengkap dengan gerbang megah dan rumah-rumah yang seragam. Ada perumahan yang terjangkau dan ada pula yang menjadi perumahan mewah.
Kalau di perhatikan, rumah yang dibangun di perumahan itu bisa selesai lebih cepat ga sih sob?, atau ini cuma perasaan mimin aja ya hehe.
Tapi sobat Reclea Brick, kailan pernah nggak sih penasaran sama gimana sebenarnya proses panjang yang dilalui oleh orang yang menghandle pembangunan tersebut?. Seorang developer yang dari awal sampai akhir bisa membangun satu kawasan perumahan?
Untuk membuat perumahan, pastinya ada banyak banget tahapan di balik layar yang jarang dibicarakan di publik hingga terkadang membuat kita penasaran.
Yuk kita kupas satu per satu.
1. Ide
Sebelum semuanya dimulai, seorang developer harus sudah punya ide yang jelas. Mulai dari perumahan seperti apa yang ingin dibangun? Apakah ini akan menjadi perumahan subsidi yang ramah kantong, apakah kawasan menengah dengan fasilitas lengkap, atau komplek eksklusif dengan desain arsitektur modern?
Menentukan segmen pasar sejak awal akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan berikutnya mulai dari pemilihan lahan, desain rumah, sampai strategi pemasaran. Selain itu, ide awal juga harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat sekitar dan tren properti yang sedang berkembang. Misalnya, apakah konsep "green living" cocok untuk daerah tersebut? Atau apakah lebih cocok menghadirkan town house minimalis yang cocok untuk keluarga muda?
Setelah ide dirasa cukup bagus, baru lanjut ke tahap selanjutnya.
2. Riset dan Pemilihan Lahan
Setelah ide sudah selesai dirancang dan dipertimbangkan, saatnya mencari lahan. Ini bukan perkara mudah. Developer harus mempertimbangkan banyak hal seperti akses jalan, kedekatan dengan fasilitas umum (sekolah, pasar, transportasi), kontur tanah, sampai potensi pengembangan wilayah ke depannya.
Terkadang proses ini bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan karena harus nego dengan pemilik tanah atau bahkan beberapa pemilik.
3. Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Setelah lahan ditemukan, langkah selanjutnya adalah melakukan studi kelayakan. Ini semacam "cek sehat" proyek. Apakah lahan tersebut layak dikembangkan? Apakah pasarnya ada? Berapa kisaran harga jual yang sesuai? Dan apakah proyek ini akan memberikan ROI/keuntungan yang masuk akal?
Kalau hasil studinya bilang proyeknya kurang layak, biasanya developer akan mundur dan cari lahan lain.
4. Pengurusan Legalitas dan Perizinan
Tahap ini bisa jadi paling ribet dan makan sangat banyak waktu. Developer harus mengurus berbagai izin, seperti:
- Izin lokasi
- Izin prinsip
- Siteplan
- IMB (Izin Mendirikan Bangunan)
- AMDAL atau UKL/UPL (tergantung besar proyek)
Setiap daerah punya regulasi yang berbeda-beda, jadi prosesnya bisa sangat variatif. Banyak developer yang kerja sama dengan konsultan atau notaris untuk mengurus bagian ini supaya lebih lancar.
5. Perencanaan dan Desain
Kalau izin-izin sudah di tangan, barulah masuk ke tahap perencanaan. Di sini arsitek, insinyur teknik sipil, dan tim desain bekerja barengan untuk membuat masterplan kawasan, tipe-tipe rumah, desain fasad, jalan, sistem drainase, dan fasilitas umum seperti taman atau masjid. Biasanya developer sudah punya segmentasi pasar apakah ini perumahan subsidi, menengah, atau premium. Jadi desainnya akan mengikuti target tersebut.
6. Pembangunan Infrastruktur Awal
Sebelum bangun rumah, developer harus bangun "tulang punggung" kawasan dulu yang berupa jalan utama, saluran air, jaringan listrik, dan gerbang utama. Ini penting untuk membentuk kawasan dan juga sebagai bahan presentasi ke calon pembeli. Banyak developer yang mulai jualan rumah saat tahap ini berjalan.
7. Pemilihan material berkualitas
Sebagai bagian dari tahap pembangunan, pemilihan material juga sangat penting disini. Bukan cuma soal harga, tapi soal daya tahan, estetika, dan kepercayaan jangka panjang dari konsumen. Developer yang berpengalaman akan sangat selektif dalam memilih material. Mulaidari struktur bangunan seperti batu bata yang berkualitas, sampai elemen finishing seperti cat, keramik, dan sanitasi.
Penggunaan material ramah lingkungan seperti batu Bata Hitam Premium Reclea Brick bisa jadi nilai tambah tersendiri, apalagi jika konsep perumahan mengusung tema green living. Selain menunjang kekuatan bangunan, Bata Hitam Premium ini juga lebih menguntungkan baik bagi developer maupun konsumen. Bentuk bata yang presisi dan ukuran lebih besar akan mempermudah proses pembangunan, selain itu bata ini juga tidak perlu disiram air ketika diplester hingga akan menghemat banyak waktu. bagi konsumen, rumah yang dibeli akan lebih kokoh dan sejuk.
Pemilihan material berkualitas juga memiliki dampak mengurangi biaya perawatan di masa depan dan bisa jadi poin jual tambahan saat promosi ke calon pembeli.
8. Pemasaran dan Penjualan
Sambil infrastruktur dibangun, tim marketing biasanya sudah jalan. Mereka bikin brosur, pasang billboard, jalankan digital ads, sampai buka rumah contoh. Kalau proyeknya besar, kadang mereka bikin event launching yang meriah. Penjualan awal ini penting untuk cashflow proyek.
9. Pembangunan Unit Rumah
Setelah unit terjual atau minimal booking, baru deh pembangunan unit rumah dilakukan secara bertahap. Ada developer yang sistemnya indent (bangun setelah dibeli), ada juga yang stok (bangun dulu, jual belakangan). Semua tergantung strategi bisnis masing-masing.
10. Serah Terima dan Layanan Purna Jual
Kalau rumah udah jadi dan pembayaran lunas, proses serah terima dilakukan. Tapi nggak berhenti di situ. Developer yang baik akan menyediakan layanan purna jual seperti perbaikan kecil, renovasi bagian tertentu, bantuan balik nama, dan pengurusan sertifikat. Reputasi developer secara jangka panjang dibangun dari sini.
Jadi begitulah kira-kira tahapan yang dilalui oleh pihak developer yang akan membangun rumah impian kamu sobat Reclea Brick.